Sabtu, 01 November 2014

FOBIA SEKOLAH DAN KEGAGALAN DALAM SEKOLAH

Fobia Sekolah

Banyak orangtua yang kebingungan menghadapi anaknya yang tiba-tiba mogok tidak mau sekolah. Berbagai alasan dikemukan, mulai dari sakit perut, pusing dan yang lainnya. Sedangkan untuk memaksa anak tetap ke sekolah, takut akan membuat anak stress. Kondisi ini, seringkali disebut dengan fobia sekolah, yakni bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah yang biasanya disertai dengan berbagai keluhan yang tidak pernah muncul atau pun hilang ketika masa kebarangkatan ke sekolah sudah lewat, atau saat hari Minggu dan libur.
          Fobia sekolah dapat sewaktu-waktu dialami oleh setiap anak hingga usianya 14-15 tahun, saat dirinya mulai bersekolah di sekolah baru atau menghadapi lingkungan baru atau pun ketika ia menghadapi suatu pengalaman yang tidak menyenangkan di sekolahnya.
Apa sebenarnya yang menjadi faktor penyebab fobia sekolah:
  • Separation Anxiety. Biasanya dialamai balita usia 18-24 bulan ketika masuk sekolah preschool, TK dan SD. Pada usia balita, sekolah berarti pergi dari rumah untuk jangka waktu yang cukup lama. Mereka pun akan merasa rindu dengan orangtua, rumah dan mainan-mainannya. Hal ini, yang akan membuatnya cemas ketika harus menghadapi pengalaman dan tantangan baru di luar rumah.
  • Pengalaman negatif sekolah atau lingkungan. Karena sering mendapat cemoohan, ejekan atau di ganggu teman-temannya di sekolah membuat anak menolak ke sekolah. Dia merasa kesal, takut, dan malu. Atau karena adanya persepsi terhadap guru yang dianggap galak dan seram, sehingga membuat anak jadi takut dan cemas. Mobil jemputan yang tidak nyaman karena sering ngebut, perjalanan yang panjang dan melelahkan, takut pergi ke sekolah, takut menyeberang jalan, dan rasa ketakutan lainnya, bisa menimbulkan stress dan kecemasan. Anak pun menjadi tegang, resah, dan mulai merengek tidak mau ke sekolah.
  • Ada masalah dalam keluarga. Penolakan pergi ke sekolah, bisa disebabkan oleh problem yang sedang dialami orangtua atau keluarga. Misalnya, anak sering mendengar dan melihat orangtuanya bertengkar, sehingga menimbulkan tekanan emosional yang mengganggu konsentrasinya belajar. Atau ada, salah satu anggota keluarga entah orangtua, adik atau kakak yang sedang sakit. Berbagai permasalahan tersebut bisa membuat anak merasa sedih dan resah.
Ada beberapa tanda anak mengalami fobia sekolah, yakni:
  • Menolak untuk berangkat ke sekolah.
  • Mau datang ke sekolah, tetapi tidak lama kemudian minta pulang.
  • Pergi ke sekolah dengan menangis, menempel terus dengan mama/papa atau pengasuhnya, atau menunjukkan sikap seperti menjerit-jerit di kelas, agresif terhadap anak lainnya (memukul, menggigit, dsb.) atau menunjukkan sikap-sikap melawan dan menentang gurunya
  • Menunjukkan ekspresi wajah sedemikian rupa untuk meminta belas kasih guru agar diijinkan pulang dan ini berlangsung selama periode tertentu.
  • Tidak masuk sekolah selama beberapa hari.
  • Keluhan fisik yang sering dijadikan alasan seperti sakit perut, sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, diare, gatal-gatal, gemetaran, keringatan, atau keluhan lainnya. Anak berharap dengan mengemukakan alasan sakit, maka ia diperbolehkan tinggal di rumah.
  • Mengemukakan keluhan lain (di luar keluhan fisik) dengan tujuan tidak usah berangkat ke sekolah FAKTOR KEGAGALAN DALAM SEKOLAH
    Kita mengetahui banyak orang yang ingin berhasil di sekolah. Memiliki nilai yang baik dan dapat melanjutkan ke sekolah idaman. Pertanyaannya adalah kenapa banyak orang yang gagal ? Ada beberapa faktor kenapa orang gagal meraih prestasi terbaik di sekolah.
    a.    Memiliki keyakinan yang salah
    Faktor yang cukup berpengaruh kenapa orang gagal meraih prestasi adalah keyakinan yang salah atau memiliki keyakinan yang negatif tentang orang berprestasi. Sebagai contoh misalnya si A berpendapat, ”Percuma jadi orang pintar, akhirnya jadi koruptor”. Mungkin si A sering melihat banyak orang pintar terjerat kasus koruptor. Sudah bergelar Doktor atau Profesor tapi masuk penjara karena kasus korupsi. Si A menyakini bahwa perbuatan korupsi itu tidak baik, jahat dan memalukan. Karena keyakinannya begitu kuat dan bulat bahwa percuma jadi orang pintar, maka segala upaya yang dilakukan untuk menjadi pintar akan bertabrakan dengan keyakinannya. Apabila seseorang mempunyai keyakinan seperti itu membuat orang tersebut sulit mempunyai prestasi yang baik di sekolah, walaupun ia berusaha keras mewujudkannya.
    Keyakinan salah lainnya misalnya,” Orang pintar belum tentu sukses dan kaya”. Memang benar ada orang pernah tinggal kelas dan drop out sekolah bisa sukses dan kaya. Tetapi apabila seseorang memiliki keyakinan kuat dan bulat bahwa :”   Orang pintar belum tentu sukses dan kaya”, orang  tersebut dipastikan tidak mempunyai semangat juang yang tinggi untuk menjadi pintar dan berprestasi. Dengan demikian orang tersebut hanya memiliki prestasi yang biasa saja.
        
    b.    Tujuan Tidak Jelas
    Alasan selanjutnya kenapa banyak orang yang gagal atau tidak memiliki prestasi tinggi di sekolah karena tujuannya tidak jelas. Memiliki tujuan yang tidak menyebabkan hidup kita tanpa arah. Sebagai contoh tujuan yang tidak jelas misalnya, setelah lulus SMP tidak menentukan secara tepat ke sekolah mana akan melanjutkan. Bahkan ditanya apakah mau masuk SMA atau SMK saja dia tidak dapat menentukan.
    Adalah penting dalam hidup kita memiliki tujuan yang jelas. Tanpa tujuan yang jelas, setiap kegiatan yang kita lakukan menjadi tanpa arah. Bayangkan ketika kita di stasiun atau bandara hendak memesan tiket, kita akan ditanya kemana tujuan. Besar kemungkinan kita akan ditolak apabila tidak memiliki tujuan yang pasti.
    Tujuan yang tidak jelas menyebabkan kita mudah merubah tujuan. Selanjutnya jika kita mudah merubah tujuan menyebabkan kesulitan mengejar tujuan kita. Banyak orang yang secara sadar atau tidak sadar mengganti tujuannya. Sebentar dia mengatakan akan masuk SMA, tetapi pada kesempatan lain dia menayatakan akan masuk SMK. Kita mengatakan akan gmenjadi dokter, tetapi pada kesempatan lain akan menjadi pengacara. Kalau tujuan kita sering berubah sebelum tercapai, maka kita tidak akan mencapai apa yang kita inginkan.          
    c.    Tidak Yakin Berhasil
    Banyak orang menetapkan tujuan, tapi tidak yakin bahwa tujuannya tersebut dapat tercapai. Orang lain boleh tidak yakin atau menganggap mustahil terhadap tujuan kita, tetapi diri kita sendiri harus merasa yakin terhadap apa yang sudah menjadi tujuan kita. Tetapi apabila kita tidak yakin akan berhasil, maka hilanglah semua peluang dan kemungkinan untuk berhasil. Ketika kita menganggap tujuan kita tidak mungkin berhasil, maka kita tidak melakukan apapun untuk mencapai tujuan kita. Apabila kita melakukan tindakan, maka tindakan yang dilakukan hanya asal-asalan atau sekedar menggugurkan kewajiban saja. Misalnya kita tetap sekolah dan belajar, tapi dilakukan tanpa kesungguhan. Dengan demikian hasilnya tidak akan memuaskan.       
     d.    Tidak Memiliki Strategi Yang Tepat
    Banyak orang yang gagal atau kurang mempunyai prestasi yang maksimal karena tidak memiliki strategi belajar yang tepat. Untuk mencapai keberhasilan dalam bidang pendidikan memerlukan perencanaan strategi yang tepat. Orang yang tidak mempunyai strategi yang tepat maka tindakan yang dilakukan menjadi kurang tepat.
    Seperti kalau kita hendak melakukan perjalanan dari Jakarta ke Bandung. Kita harus menentukan apakah akan menggunakan Kereta Api, Bis atau Kendaraan Pribadi. Apabila kita mau pergi menggunakan Kereta Api, maka kita harus memesan tiket sesuai tujuan dan jam yang tepat. Pada saat berangkat harus pasti tiket tidak tertinggal. Kita harus sampai di stasiun paling lambat tiga puluh menit sebelum jadwal keberangkatan. Kita harus memastikan naik kereta dengan jurusan yang tepat, (bukan naik jurusan Surabaya misalnya). Dapat dibayangkan kalau kita mau pergi naik kereta, kemana kita memesan tiket saja kita tidak mengetahui.
       
    e.    Tidak Memiliki Program Belajar
    Setinggi apapun keinginan kita untuk meraih prestasi belajar, tidak akan tercapai bila tidak memiliki program belajar. Tidak memiliki program belajar berarti kita tidak memiliki pedoman atau langkah – langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Tidak memiliki program belajar menyebabkan kita sulit mengevaluasi terhadap hasil atau persiapan yang kita lakukan.  
    f.    Tidak Melakukan Tindakan Sesuai Program
    Kesalahan lainnya kenapa orang tidak meraih prestasi puncak dalam belajar adalah dalam prosesnya sering tidak melakukan tindakan sesuai program. Tidak melakukan tindakan sesuai program dapat diakibatkan tidak fokus dan tidak mempunyai komitmen terhadap program yang disusun. Pelaksanaan program hanya berjalan satu minggu saja, hari berikutnya disiplin mulai melemah bahkan tidak melaksanakan program sama sekali.
    g.   Tidak Melakukan Evaluasi
    Kesalahan berikutnya adalah tidak melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang dilakukan, apakah melakukan ke arah tujuan atau tidak. Terkadang kita tidak melakukan evaluasi atau mengukur sampai seberapa jauh kesiapannya untuk mencapai tujuannya tersebut.  Tidak ada evaluasi menyebabkan kita tidak memperoleh masukan tentang upaya yang sudah dilakukan.
    h.   Menyalahkan Orang Lain
    Penyebab kegagalan belajar lainnya adalah menyalahkan orang lain atau situasi.  Banyak orang menyalahkan pihak lain, situasi atau kondisi untuk menutupi kelemahannya dan menjadikan alasan kenapa dia tidak berhasil. Sebagai contoh pantas saja saya tidak berhasil karena tidak mendapat dukungan keluarga. Pantas saja saya tidak mencapai prestasi tinggi di sekolah karena orang tua saya miskin. Pada umumnya orang yang sering menyalahkan orang lain dan situasi hampir tidak mau berjuang secara maksimal untuk mencapai tujuannya.
    i.    Mencari Alasan
    Banyak orang mencari alasan untuk menutupi kegagalan atau kemalasannya dalam mengejar prestasi belajar. Ketika seseorang mencari alasan, misalnya saya tidak berbakat, saya berasal dari keluarga miskin dan alasan lainnya umumnya orang tersebut tidak melakukan tindakan secara serius untuk meraih tujuannya.
     
     j.   Melakukan Pembenaran
    Banyak orang yang melakukan pembenaran terhadap keberhasilan orang lain, dengan maksud untuk menutupi kelemahan dan kemalasannya. Misalnya terang saja teman saya itu semangat belajar karena mendapat dukungan orang tuanya. Terang saja dia juara karena kedua orang tuanya sarjana. Kalimat yang menyatakan sudah sepantasnya orang lain berhasil karena faktor ini dan itu sesuai alasan yang kita buat sebenarnya hanya alasan saja. Orang seperti ini tidak berbuat dan berjuang maksimal untuk meraih prestasi belajar, sehingga tidak dapat mencapai tujuannya.
    k.   Mudah Menyerah
    Orang yang mudah menyerah adalah orang yang mundur dari perjuangan untuk meraih tujuannya sebelum tujuannya tercapai. Biasanya orang mudah menyerah karena adanya kesulitan atau kegagalan-kegagalan kecil sebelum ujian yang sebenarnya terjadi. Bila baru memulai sedikit atau sedikit usaha kita memutuskan untuk menyerah dapat dipastikan kita tidak sampai atau tidak dapat meraih tujuan kita.
    l.    Sering Menunda
    Sering menunda merupakan kebiasaan buruk yang menyebabkan kita gagal meraih prestasi maksimal. Bila kita sering menunda program belajar atau menunda mengerjakan tugas sekolah (PR) berarti menghilangkan peluang untuk meraih prestasi maksimal. Kebiasaan menunda menyebabkan kita tidak melakukan apa-apa atau melakukan hanya sedikit upaya, karena waktu sudah berlalu. Sebagai contoh ketika waktu ujian masih lama, kita berpendapat nanti saja belajarnya kalau sudah dekat ujian. Ketika sudah dekat ujian atau beberapa hari saja, nanti saja satu hari sebelum ujian. Menjelang ujian kita katakan nanti malam belajarnya. Waktu malam kita terserang sudah mengantuk, jadi belajarnya nanti pagi saja. Pagi hari, tidak belajar apa-apa karena bangunnya saja sudah kesiangan.   
    m. Terpengaruh Pesimisme Orang Lain
    Secara sadar atau tidak disadari bahwa pesimisme orang lain dapat menjerumuskan kita kejurang kegagalan. Misalnya teman-teman dan guru-guru kita memiliki keyakinan,” Tidak pernah terjadi dalam sejarah lulusan SD kita ini masuk SMP 1 yang favorit itu”. Kalau keyakinan itu begitu kuat dan membekas kedalam keyakinan kita, maka akan menimbulkan pertentangan dengan antara kepercayaan dan upaya yang dilakukan. Hampir dapat dipastikan orang yang terpengaruh dengan pesimisme orang lain akan menjadi bagian dari orang yang pesimis tersebut.

KONSEP DASAR GAYA BELAJAR DAN MACAM GAYA BELAJAR (FIKI ANDREANTO BK IAIN LAMPUNG)

PENGERTIAN GAYA BELAJAR & MACAM-MACAM GAYA BELAJAR

PENGERTIAN GAYA BELAJAR  DAN BERBAGAI MACAM GAYA BELAJAR
A. PENGERTIAN GAYA BELAJAR 
  • Menurut Fleming dan Mills (1992), gaya belajar merupakan kecenderungan siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan belajar di kelas/sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran.
  • Drummond (1998:186) mendefinisikan gaya belajar sebagai, “an individual’s preferred mode and desired conditions of learning.” Maksudnya, gaya belajar dianggap sebagai cara belajar atau kondisi belajar yang disukai oleh pembelajar. 
  • Willing (1988) mendefinisikan gaya belajar sebagai kebiasaan belajar yang disenangi oleh pembelajar. Keefe (1979) memandang gaya belajar sebagai cara seseorang dalam menerima, berinteraksi, dan memandang lingkungannya. Dunn dan Griggs (1988) memandang gaya belajar sebagai karakter biologis bawaan.
Gaya belajar atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar (NASSP dalam Ardhana dan Willis, 1989 : 4).
 Definisi yang lebih menjurus pada gaya belajar bahasa dan yang dijadikan panduan pada penelitian ini dikemukakan oleh Oxford (2001:359) dimana gaya belajar didefinisikan sebagai pendekatan yang digunakan peserta didik dalam belajar bahasa baru atau mempelajari berbagai mata pelajaran.
 
B. MACAM-MACAM GAYA BELAJAR

1. Visual (belajar dengan cara melihat)

Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

Ciri-ciri gaya belajar visual : 
² Bicara agak cepat
² Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
² Tidak mudah terganggu oleh keributan
² Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
² Lebih suka membaca dari pada dibacakan
² Pembaca cepat dan tekun
² Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
² Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
² Lebih suka musik dari pada seni
² Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya 
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :
1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.

2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)

Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang2 saja. Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
 Ciri-ciri gaya belajar auditori :
² Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
² Penampilan rapi
² Mudah terganggu oleh keributan
² Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
² Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
² Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
² Biasanya ia pembicara yang fasih
² Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
² Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
² Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
² Berbicara dalam irama yang terpola
² Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
5. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.

3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
² Berbicara perlahan
² Penampilan rapi
² Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
² Belajar melalui memanipulasi dan praktek
² Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
² Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
² Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
² Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
² Menyukai permainan yang menyibukkan
² Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
² Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil menggunakan gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.

DROP OUT ( IAIN RADEN INTAN LAMPUNG )

A.    DROP OUT
1.Pengertian Drop Out
Drop Out adalah keluar dari sekolah sebelum waktunya, atau sebelum lulus. Drop out demikian ini perlu dicegah, oleh karena hal demikian dipandang sebagai pemborosan bagi biaya yang sudah terlanjur dikeluarkan untuknya. Banyaknya peserta didik yang drop out adalah indikasi rendahnya produktivitas pendidikan. Tinginya angka drop out juga bisa mengganggu angka partisipasi pendidikan atau sekolah.
2.Faktor-faktor Terjadinya Drop Out
Pada umumnya di sekolah-sekolah sekarang ini dibedakan 3 hal sehubung dengan masalah ketidak hadiran. Penyebab ketidak hadirn tersebut diantaranya adalah adanya ijin, sakit dan alpa. Tetapi ketiga hal tersebut akan menyebabkan sebuah masalah jika dalam jumlah yang sering dilakukan oleh peserta didik. Salah satu akibat yang akan diterima oleh peserta didik adalah sebuah pilihan yang harus diterima yaitu sebuah pernyatan drop out dari sekolah.
Secara umum sebab-sebab terjadinya drop out yaitu peserta didik tidak mampu menyelesaikan pendidikan, tidak mempunyai biaya sekolah, peserta didik dalam keadaan sakit dan tidak kunjung sembuh. Jika dibedakan melalui beberapa sumber ketidak hadiran yang juga akan menyebabkan terjadinya sebuah drop out dapat dilihat dari berbagai sumber, ysaitu sebagai berikut: (Sahertian, 1987:75)
a. Dilihat dari peserta didik itu sendiri
b.Dilihat dari segi orang tua
c. Dilihat dari segi sekolah
  1. Dilihat dari segi masyarakat
a)                                    Dilihat dari segi tanggung jawab murid itu sendiri
  • Murid yang sering sakit
  • Membolos karena pengaruh teman-teman sekelompok
  • Karena malas
  • Tidak mengerjakan pekerjaan rumah
  • Melanggar peraturan lalu dihukum
  • Berkelahi lalu tidak berani masuk sekolah
  • Lupa atau tidak mau minta ijin dari sekolah
  • Kebiasaan-kebiasaan buru yang telah dibawa sejak lama
b)      Dilihat dari segi rumah tangga
  • Orang tua yang selalu sibuk karena ayah dan ibu bekerja dan kurang memperhatikan anak
  • Latar elakang ekonomi orang ua yang terlalu buruk
  • Terlalu memanjakan anak
  • Keluarga yang berpindah-pindah tempat kerja
  • Tempat tinggal yang jauh
  • Karena tidak mempunyai pakaian yang layak untuk ke sekolah
  • Tuntutan orang tua yang harus bekerja
  • Orang tua mengajak anak untuk bepergian
c)      Dilihat dari segi sekolah
  • Suasana belajar yang kurang menyenangkan
  • Guru yang terlalu keras dan menyakitkan
  • Kurangnya pembinan dan bimbingan dari guru
  • Kebijaksanaan pimpinan sekolah yang kurang menguntungkan
  • Bangunan sekolah yang agak jauh
  • Biaya dan pungutan uang sekolah yang terlalu tinggi
  • Tuntutn peraturan yang menekan para siswa
  • Keadaan gedung yang tidak memenuhi syarat
  • Program sekolah yang kurang menarik
  • Sukarnya pengangkutan untuk datang ke sekolah
d)     Dilihat dari segi masyarakat
  • Musim panaen yang memaksa anak harus ikut kerja musiman
  • Bencana alam menimpa sehingga masyarakat kacau
  • Jalan yang terhalang
Dari uraian di atas dapat dirangkum hal-hal sebagai berikut:
  1. Bahwa ada hubungan yang berarti antara ketidak hadiran seseorang siswa dari kemajuan belajar dan pembentukan pribadi.
  2. Bahwa ketidak hadiran ada yang disebut tardiness atau terlambat daang dan ada yag disebut truency (terlambat datang).
  3. Umumnya ketidak hadiran itu disebabkan dari faktor kesehatan atau faktor diluar kesehatan.
  4. Untuk mengatasi masalah ketidak hadiran itu diperlukan perhitungan yang lebh akurat dan lebih teliti.
  5. Mengatasi sumber sebab ketidak hadiran harus dilihat dari setiap segi, yaitu segi dari murid sendiri, orang tua, sekolah, dan masyarakat.
Kerjasama dan pendekatan yang manusiawi akan dapat mengurangi ketidak hadiran di sekolah. Seorang administrator dpat menciptakan sebuah suasana sekolah yang dapat membuat seseorang siswa merasa nyaman. Sehingga seorang siswa dapat mengambil ilmu atau manfaat dengan adnya sekolah tersebut. Olek karena itu Dr. P. Ely dalam Sahertian mengatakan para guru dan administrator sebaiknya memilki tender, love and care. Berlakuah supel tetapi tegas dan berwibawa. Jadi seorang murid tiadak akan merasa takut atau ketidaknyaman dalam belajar. Iulah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi sebab yang berasal dari segi lingkugan sekolah yaitu melalui seorang guru ataupun administrator.
B.     Mutasi Peserta Didik
1. Pengertian Mutasi Peserta Didik
Mutasi yaitu perpindahan peserta didik dari kelas yang satu ke kelas yang lain yang sejajar atau perpindahan peserta didi dari sekolah satu ke sekolah yang lain yang sejenis. Perpindahan siswa bisa juga disebut istilah mutasi siswa. Perpindahan siswa mempunyai dua pengertian yaitu:
a). Perpindahan siswa dari suatu sekolah kesekolah lain yang sejenis.
b). Perpindahan siswa dari suatu jenis program ke jenis program yang lain.
Perpindahan siswa dari suatu sekolah kesekolah lain yang sejenis telah dibicarakan pada waktu pembahasan siswa baru. Perpindahan ini ialah perpindahan wilayah atau suatu tempat. Jenis sekolah, tingkat/kelas dan jurusan atau program studi disekolah baru sama dengan jenis sekolah, kelas, dan jurusan pada sekolah asalnya. Perpindahan siswa yang ke dua adalah perpindahan jenis program.
2. Macam-macam Mutasi
Mutasi atau perpindahan peserta didik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (. . . .)
a. Mutasi Intern
Mutasi intern adalah mutasi yang dilakukan oleh peserta didik di dalam sekolahan itu sendiri. Umumnya, peserta didik demikian hanyalah pindah kelas saja, dalam suatu kelas yang tingkatannya sejajar. Mutasi intern ini, dilakukan oleh peserta didik yang sama jurusannya, atau yang berbeda jurusannya.
b.Mutasi Ekstern
Mutasi ekstern adalah perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain dalam satu jenis, dan dalam satu tingkatan. Meskipun ada juga peserta didik yang pindah ke sekolah lain dengan jenis sekolah yang berlainan. Pada sekolah-sekolah negeri hal demikian menjadi persoalan, meskipun pada sekolah swasta, terutama yang kekurangan peserta didik, tidak pernah menjadi persoalan.
Mengenai perpindahan siswa (mutasi siswa) dari seolah kesekolah lain ini biasanya ada pedoman-pedomanperaturan yang harus diikuti pedoman-pedoman tersebut antara lain menyangkut: (Soetopo, 1988:96)
(1). Pembatasan wilayah
Murid tidak diperkenankan pindah dari sekolah kesekolah lain dalam satu wilayah. Perpindahan antar wilayah bisa dibenarkan apabila didasarkan pada alasan yang cukup mendasar misalnya orang tua pindah tempat kerja dan anak ikut saudaranya dikota lain.
(2). Status sekolah
Murid dari sekolah swasta walaupun memiliki mutu yang lebih baik dari pada sekolah negeri, tidak diperkenankan untuk pindah kesekolah negeri. Sekolah-sekolah negeri hanya diperkenankan siswa pindahan dari sekolah negeri saja.
(3). Jenis sekolah
Sekolah negeri atau sekolah menengah dapat dibedakan dalam dua jenis sekolah, yaitu sekolah-sekolah umum dan sekolah-sekolah kejuruan. Sekolah kejuruan ada beberapa jenis pula, misalnya Sekolah Teknologi Menengah (STM), Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas (SKKA), dll. Perpindahan siswa dari lain jenis sekolah tidak diperbolehkan.
(4). Pindah sekolah tidak naik kelas
Suatu sekolah tidak boleh menaikkan kelas seorang siswa yang telah dinyatakan tidak naik kelas oleh sekolah lain, walaupun sama-sama sebagai sekolah negeri. Menaikan kelas seorang murid yang telah dinyatakan tidak naik kelas oleh suatu sekolah mungkin saja terjadi di sekolah-sekolah swasta. Misalnya tidak naik kelas disekolah negeri kemudian pindah di sekolah swasta sejenis dengan dinaikan kelasnya.
3. Sebab-sebab Mutasi
Ada banyak penyebab peserta didik mutasi. Adapun faktor penyebab tersebut, dapat bersumber dari peserta didik sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan teman sebaya.
a. Yang bersumber dari peserta didik sendiri adalah:
1)      Yang bersangkutan tidak kuat mengikuti pelajaran di sekolah tersebut.
2)      Tidak suka dengan sekolah tersebut, atau merasa tidak cocok.
3)      Malas.
4)      Ketinggalan dalam pelajaran.
5)      Bosan dengan sekolahnya.
b.Yang bersumber dari lingkungan keluarga adalah:
1)      Mengikuti orang tua pindah kerja.
2)      Dititipkan oleh orang tuanya di tempat nenek atau kakeknya, karena ditinggal tugas belajar ke luar negeri.
3)      Mengikuti orang tua yang sedang tugas belajar.
4)      Disuruh oleh orang tuanya pindah.
5)      Orang tua merasa keberatan dengan biaya yang harus dikeluarkan di sekolah tersebut.
6)      Mengikuti orang tua pindah rumah.
7)      Mengikuti orang tua transmigrasi.
c. Yang bersumber dari lingkungan sekolah adalah:
1)      Lingkungan sekolah yang tidak menarik.
2)      Fasilitas sekolah yang tidak lengkap.
3)      Guru di sekolah tersebut sering kosong.
4)      Adanya kebijakan-kebijakan sekolah yang dirasakan berat oleh peserta didik.
5)      Sulitnya sekolah tersebut dijangkau, termasuk oleh transportasi yang ada.
6)      Sekolah tersebut dibubarkan, karena alasan-alasan, seperti kekurangan murid.
7)      Sekolah tersebut dirasakan peserta didik tidak bonafid, seperti rendahnya angka kelulusan setiap tahun.
d. Yang bersumber dari lingkungan teman sebaya, yaitu:
1)      Bertengkar dengan teman.
2)      Merasa diancam oleh teman.
3)      Tidak cocok dengan teman.
4)      Merasa terlalu tua sendiri dibandingkan dengan teman-teman sebayanya.
5)      Semua teman yang ada di sekolah tersebut, berlainan jenis dengan dirinya, sehingga merasa sendirian
6)      Semua teman yang ada di sekolah tersebut berlainan strata dengan dirinya.
Mutasi sangat perlu dicegah, agar terdapat kesinambungan pengetahuan peserta didik yang diterima sebelumnya dengan kelanjutannya. Oleh karena itu, ijin mutasi hendaknya diberikan jika disertai dengan alasan yang dapat diterima dan sangat baik bagi perkembangan peserta didik itu sendiri. Seminimal mungkin, mutasi peserta didik yang bersifat ekstern haruslah dikurangi. Pencegahan dan pengurangan tersebut, tentu bergantung kepada macam sumber faktor penyebabnya
4.Teknik Pencegahan Mutasi
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya mutasi, jika seseorang mau melakukannya khususnya seorang guru dalam pengaturan peserta didik.
Jika sumber penyebab mutasi berasal dari diri peserta didik sendiri, maka langkah preventif yang harus dilakukan adalah memberikan semacam jaminan kepada peserta didik, bahwa kalau dapat menyelesaikan studi di sekolah tersebut, peserta didik nantinya akan mempunyai prospek tertentu sebagaimana lulusan-lulusan lain dari sekolah tersebut, agar mereka yakin benar dengan kebaikan sekolahnya.
Peserta didik juga perlu mendapatkan bimbingan yang baik di sekolah tersebut, agar dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Penyesuaian diri yang baik dan belajar dengan baik, ia tidak ketinggalan dengan teman-temannya yang lain.
Disamping itu, peserta didik perlu bimbingan dengan baik agar merencanakan belajarnya, dan diupayakan konsisten dengan rencana tujuan belajar yang sudah disusun sebelumnya oleh peserta didik tersebut. Oleh karena itu, dorongan dan atau motivasi yang terus menerus dari sekolah, akan membantu peserta didik untuk giat belajar dan tidak malas.
Jika sumber penyebab mutasi tersebut berasal dari sekolah, tak ada alternatif lain kecuali memperbaiki kondisi sekolah. Tentu saja tidak saja sarana dan prasarana fisik sekolah, melainkan sekaligus kondisi sekolah secara keseluruhan. Disiplin guru perlu ditingkatkan, proses dan metode belajar pembelajaran dibuat sevariatif mungkin, fasilitas dan sarana yang ada difungsionalkan dengan baik. Demikian juga layanan-layanan yang ada di sekolah, diupayakan dapat memuaskan peserta didiknya.
Jika sumber penyebab mutasi peserta didik tersebut berasal dari lingkungan keluarga, maka kerja sama antara sekolah dengan keluarga memang perlu ditingkatkan. Jangan sampai, hanya karena persoalan sepele saja kemudian anak tidak sekolah atau mutasi ke sekolah lain. Perlu ada komunikasi yang intens antara sekolah dan keluarga, sehingga kedua pihk tidak mengalami miscommunication.
Adapun, jika peserta didik memili alasan untuk mutasi maka hendaknya mereka diberi keterangan sesuai dengan apa adanya. Tidak boleh dibaik-baikkan atau dijelek-jelekkan. Sebab, bagaimanapun juga, mutasi ke sekolah lain adalah hak peserta didik sendiri. Keterangan-keterangan yang lazim diberikan berkaitan
dengan peserta didik yang mutasi misalnya identitas anak, asal sekolah, prestasi
akademik di sekolah, kelakuan dan kerajinan dan alasan-alasan yang
bersangkutan mutasi. Dengan demikian, sekolah yang dituju oleh peserta
didik tersebut, mendapatkan gambaran yang senyatanya mengenai anak
tersebut.
Bagi sekolah yang akan menerima peserta didik yang akan mutasi,
hendaknya juga meneliti lebih lanjut terhadap mereka, sebelum menyatakan
menerima. Untuk itulah, sekolah harus meneliti mengenai identitas,
kelakuan/kerajinan, prestasi akademiknya, jurusan atau program asalnya, dan
alasan-alasan yang berangkutan mutasi. Peserta didik dapat diterima tidaknya sekolah tersebut, juga harus didasarkan atas ketersediaan fasilitas dan kesejajaran sekolah tersebut. Ini sangat penting, karena tidak mungkin sekolah dapat menerima peserta didik tanpa fasilitas dan menerima peserta didik yang kemampuannya tidak sejajar dengan teman-teman yang ada di sekolah tersebut. Sebab kalau ini terjadi, akan memberatkan peserta didik itu sendiri.