TINJAUAN HISTORIS PSIKOLOGI
KONSELING
Di
susun untuk memenuhi sebagian tugas dalam mata kuliah psikologi konseling yang
di asuh oleh Dr.Rifda el fiah,M,Pd
Oleh
:
1.
Fiki andreanto 1311080116
2.
Evita sari 1311080103
3.
Vitriana nur MJ 1311080111
JURUSAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN
RADEN INTAN LAMPUNG
2014/1435
TINJAUAN
HISTORIS PSIKOLOGI KONSELING
A. WACANA PERKEMBANGAN KONSELING DI
INDONESIA
Di Indonesia sebenarnya praktek Bimbingan dan
Konseling sudah sejak lama dilaksanakan. Dengan diproklamasikan Kemerdekaan
Republik Indonesia pada tahun 1945, dibentuklah kementerian pada waktu itu yang
salah satu kegiatannya dilakukan di Kantor Penempatan Tenaga Kerja yang
maksudnya untuk menempatkan orang-orang agar dapat bekerja sesuai dengan
kemampuannya dan ini menyerupai boro yang didirikan oleh Frank Parsons di
Boston. Sekarang ini kantor Penempatan Tenaga Kerja ini tumbuh menjadi
Departemen Tenaga Kerja.
Bimbingan dan Konseling mulai
diperbincangkan sejak tahun 1962. Hal ini ditandai dengan berdirinya SMA Gaya
Baru. Sejak tahun 1962 Bimbingan dan Konseling membantu penjurusan di SMA
tetapi tidak di kelas I, melainkan di kelas II. Selanjutnya dalam SMA Gaya Baru
itu ditegaskan bahwa :
1. Di kelas
I itu para pelajar diberi kesempatan untuk lebih mengenal bakat dan minatnya
dengan jalan menjelajahi segala jenis mata pelajaran di sekolah dengan bantuan
pembimbing, para guru dan orang tuanya.
2. Di kelas
II para siswa disalurkan ke kelompok khusus; budaya, pasti, pengetahuan alam.
3. Untuk
menunjuk hal-hal tersebut di atas pengisian kartu pribadi siswa harus dilakukan
dengan seteliti-telitinya. Sejak saat itu guru-guru ditatar menjadi pembimbing
yang baik.
Sampai begitu jauh usaha ini belum
memuaskan ditandai oleh kenyataan bahwa dalam pendidikan di sekolah Bimbingan
dan Konseling belum diselenggarakan bagaimana seharusnya. Dengan diperkenalkan
gagasan Sekolah Pembangunan pada tahun 1970, peranan Bimbingan dan Konseling
kembali mendapat perhatian, karena Sekolah Pembangunan itu membutuhkan kegiatan
penjurusan yang lebih teliti. Gagasan Sekolah Pembangunan ini selanjutnya
dituangkan dalam program sekolah menengah persiapan, untuk itu pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling di sekolah disusunlah program Bimbingan dan Konseling
SMPP. Oleh karena itu dalam usaha mewujudkan Sekolah Pembangunan tersebut
dilaksanakan proyek pembaharuan yang pelaksanaannya dirintis dengan
Eksperimentasi Pembaharuan Pendidikan dengan nama Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP).
Disamping
pelaksanaan Bimbingan dan Konseling pada SMPP dan PPSP, sekolah-sekolah lainpun
berusaha melaksanakan Bimbingan dan Konseling sekalipun harus menghadapi
hambatan-hambatan antara lain :
1. Pengetahuan
dan ketrampilan para pelaksana Bimbingan dan Konseling masih kurang memadai.
2. Para
guru dan kepala sekolah menganggap dengan sikap kurang positif terhadap program Bimbingan dan Konseling.
3. Pengenalan
kebutuhan dan latar belakang siswa yang tidak lengkap menyebabkan konselor tak
dapat menemukan masalah yang dihadapi siswa.
4. Fasilitas dan biaya yang kurang
memadai.
Secara resmi pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling di sekolah baru mulai dilaksanakan sejak berlakunya kurikulum
1975/1976. Dalam buku III-C (Pedoman Bimbingan dan Konseling) yang merupakan
komponen kurikulum 1975/1976 itu, Bimbingan dan Konseling di sekolah
dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan yang diprogramkan. Meliputi :
1.
Tahap persiapan
2.
Program Pengumpulan Data tentang Siswa
3.
Pemberian Informasi dan Orientasi
4.
Penempatan dan Penyaluran
5.
Bantuan Konseling
6.
Bantuan dalam Kesulitan Belajar
7.
Pertemuan Staf
8.
Latihan/ Penataran Petugas
9.
Hubungan dengan Masyarakat
10. Penilaian
dan Tindak Lanjut
Kurikulum
inti 1984, tidak memuat perubahan yang berarti tentang pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling di Sekolah, kecuali hanya memperluas materi mata kuliah.
Kurikulum 1994, mengalami perubahan
besar. Yaitu Bimbingan dan Konseling dibedakan atas 4 bidang, yaitu bidang
bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, bidang bimbingan belajar, dan
bidang bimbingan karir. Masing-masing bidang bimbingan itu terdiri atas 7
layanan bimbingan, yaitu layanan orientasi, layanan informasi, layanan
penempatan/penyaluran, layanan pembelajaran, layanan konseling perorangan, layanan
bimbingan kelompok, dan layanan konseling kelompok.
B. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN KONSELING
a. Faktor Individual
Orientasi cultural (keterikatan
budaya) merupakan factor individual yang dibawa seseorang dalam melakukan
interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari :
1) Faktor Fisik
Kepekaan panca indera pasien
yang diberi konseling akan sangat mempengaruhi kemampuan dalam menangkap
informasi yang disampaikan konselor.
2) Sudut Pandang
Nilai-nilai yang diyakini oleh
pasien sebagai hasil olah pikirannya terhadap budaya dan pendidikan akan
mempengaruhi pemahamannya tentang materi yang dikonselingkan.
3) Kondisi Sosial
Status sosial dan keadaan
disekitar pasien akan memberikan pengaruh dalam memahami materi.
4) Bahasa
Kesamaan bahasa yang digunakan
dalam proses konseling juga akan mempengaruhi pemahaman pasien.
b. Faktor-faktor yang berkaitan
dengan interaksi
Tujuan dan harapan terhadap
komunikasi, sikap terhadap interaksi, pembawaan diri seseorang terhadap orang
lain (seperti kehangatan, perhatian, dukungan) serta sejarah hubungan antara
konselor dan asien akan mempengaruhi kesuksesan proses konseling.
c. Faktor Situasional
Percakapan dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan, situasi percakapan kesehatan antara bidan dan klien akan
berbeda dengan situasi percakapan antara polisi dengan pelanggar lalu lintas.
d. Kompetensi dalam melakukan
percakapan
Agar efektif, suatu interaksi
harus menunjukkan perilaku kompeten dari kedua pihak. Keadaan yang dapat
menyebabkan putusnya komunikasi adalah :
1) Kegagalan menyampaikan
informasi penting.
2) Perpindahan topik bicara yang
tidak lancar.
C.
KONSELING
DAN ILMU ILMU LAIN
HUBUNGAN BIMBINGAN KONSELING
DENGAN ILMU – ILMU LAINNYA 1. ILMU FILSAFAT Filsafat merupakan ilmuyang
memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan
setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan
secara logis, etis maupun estetis. Filsafat dalam bimbingan dan konseling
bertujuan untuk usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis
tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan
filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran
filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan
bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para
penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson &
Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia
sebagai berikut : * Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan
mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya. * Manusia dapat
belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha
memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya. * Manusia berusaha
terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui
pendidikan. * Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk
dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau
setidak-tidaknya mengontrol keburukan. * Manusia memiliki dimensi fisik,
psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam. * Manusia akan
menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui
pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri. * Manusia adalah unik dalam arti
manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri. * Manusia adalah bebas merdeka
dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut
perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan
siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu. * Manusia
pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun,
manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk
melakukan sesuatu. 2. ILMU PSIKOLOGI Psikologis merupakan ilmu yang dapat
memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi
sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa
kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif
dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d)
belajar; dan (e) kepribadian. 3. ILMU SOSIAL-BUDAYA ILMU sosial-budaya
merupakan ilmu yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan
dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku
individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan
sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan
dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan
sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Prayitno (2003) mengemukakan lima macam
sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri
antar budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c)
stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Terkait dengan
layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, (Moh. Surya. 2006) mengetengahkan
tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan
konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan
berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan
landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman.
Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai
budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam
kondisi pluralistik. 4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Layanan
bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar
keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang
bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan
berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur
tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan
penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya. Sejalan dengan
perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer, sejak
tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan dan
konseling. Menurut Gausel (Prayitno, 2003) bidang yang telah banyak
memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling
pendidikan. (Moh. Surya. 2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi
komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien)
tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan
melalui hubungan secara virtual (maya).
D. KONSELING DI BERBAGAI INSTITUSI DAN
SASARANNYA
1.
Kaitan
Konseling Dengan Layanan Bimbingan di Sekolah
Dalam jalur
pendidikan formal yang biasa disebut dengan sekolah terdapat berbagai layanan
yang berfungsi untuk menunjang kualitas pendidikan para peserta didik serta
memberi kemudahan bagi mereka untuk mengikuti proses pendidikan di sekolah.
Layanan program bimbingan dan konseling yang paling utama adalah layanan
konseling, namun ada juga beberapa layanan yang tidak kalah pentingnya yaitu,
layanan orientasi, layanan informasi, layanan bimbingan penempatan dan
penyaluran serta masih banyak lagi layanan lainnya.
2. Kaitan Konseling Dengan Layanan Bimbingan Belajar
Seperti yang kita ketahui konselor tidak hanya diperlukan pada jalur pendidikan
formal saja, tapi juga sangat diperlukan dalam jalur pendidikan non formal.
Jalur pendidikan non formal yang kita maksud saat ini adalah lembaga bimbingan
belajar. Peran layanan konseling dalam lembaga pendidikan non formal ini tidak
begitu berbeda dengan layanan konseling di sekolah. Dengan adanya sebuah layanan
konseling di lembaga bimbel tentunya peserta didik pun menjadi lebih percaya
pada kualitas lembaga bimbingan belajar. kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
layanan konseling tidak hanya berkaitan dengan pendidikan formal saja namun
pendidikan non formal juga, seperti contoh pada lembaga bimbel.
3.
Kaitan Konseling Dengan Psikoterapi
Para ahli mempunyai beberapa pendapat tentang konseling dengan psikoterapi
adalah sama, yaitu sama-sama membantu orang lain. Hanya saja konseling lebih
banyak digunakan di kalangan pendidikan , sedangkan psikoterapi digunakan oleh
pekerja sosial, psikolog, dan psikiater. Meskipun demikian, ada juga yang
menganggap konseling dengan psikoterapi adalah berbeda. Berbagai perbedaan
tersebut bersifat permukaan atau hal-hal teknik (superficial), dari pada
hal-hal yang mendasar atau penting (substansial).
4.
Kaitan
Konseling Dengan Layanan Pengobatan Alternatif (Dalam Agama Islam)
Dalam layanan ini biasanya kyai memberikan layanan yang bernuansa psikologis,
tetapi bukan berbasis psikologi, yakni berbasis akhlak dan tasauf. Sebagaimana
diketahui dalam sejarah keilmuan Islam tidak muncul ilmu semacam psikologi yang
berbicara tentang tingkah laku. Jiwa dalam sejarah keilmua Islam dibahas dalam
ilmu akhlak dan ilmu tasauf. Apa yang dilakukan oleh para kyai barangkali
memang tidak “ilmiah”, tetapi tak terbantah justru banyak yang bernilai tepat
guna, karena memang tidak dipungkiri bahwa kita juga membutuhkan layanan yang
bernuansa religi. Yang membedakan antara konseling yang dilakukan konselor dan
kyai hanyalah jika pada layanan yang diberikan oleh konselor berdimensi
horizontal, sedangkan layanan yang diberikan kyai berdimensi vertikal dan
horizontal.
PENUTUP
Kesimpulan
Layanan konseling memiliki kaitan dengan berbagai
layanan yang lain, diantaranya berkaitan dengan layanan mengajar, layanan
psikoterapi, layanan konseling religi, layanan ekstrakurikuler, dan organisasi.
Kaitan layanan konseling dan layanan menagajar memiliki fungsi untuk membantu
mencapai tujuan pendidikan itu sendiri melalui kerjasama antara konselor dengan
guru mata pelajran. Konseling dalam psikoterapi sebagai jembatan untuk memulai
proses psikoterapi, yaitu untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien
agar terapis bisa memberikan terapi yang sesuai dengan kebutuhan klien. Dalam
organisasi konseling diperlukan untuk memfasilitasi perubahan organisasional.
Konseling dalam layanan religi bertujuan untuk membentuk manusia yang
berintegrasi pada nilai-nilai keagamaan. Dan, dalam ekstrakurikuler konseling
berfungsi untuk memberikan pengenalan dasar mengenai ekstrakurikuler yang
sesuai dengan klien (peserta didik
DAFTAR PUSTAKA
Laksmiwati,
Hermien, dkk. 2002. Pengantar Bimbingan
dan Konseling. Surabaya : Unesa University Press
Gerlald Corey. 2003. Teori dan Praktek Konseling
dan Psikoterapi (Terj. E. Koswara), Bandung : Refika Moh. Surya. 1997.
Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB – IKIP Bandung Muhibbin
Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Nana Syaodih
Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : P.T. Remaja
Rosdakarya. Prayitno. 2003. Wawasan dan Landasan BK (Buku II). Depdiknas :
Jakarta
Laksmiwati, Hermien, dkk. 2002. Pengantar Bimbingan dan Konseling.
Surabaya : Unesa University Press
Gerlald Corey. 2003. Teori dan
Praktek Konseling dan Psikoterapi (Terj. E. Koswara), Bandung : Refika Moh.
Surya. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB – IKIP Bandung
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Nana Syaodih
Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : P.T. Remaja
Rosdakarya. Prayitno. 2003. Wawasan dan Landasan BK (Buku II). Depdiknas :
Jakarta