Rabu, 29 Oktober 2014

TINJAUAN HISTORIS PSIKOLOGI KONSELING



TINJAUAN HISTORIS PSIKOLOGI KONSELING
Di susun untuk memenuhi sebagian tugas dalam mata kuliah psikologi konseling yang di asuh oleh Dr.Rifda el fiah,M,Pd
Oleh :
1.      Fiki andreanto       1311080116
2.      Evita sari               1311080103
3.      Vitriana nur MJ     1311080111


 









JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
2014/1435



TINJAUAN HISTORIS PSIKOLOGI KONSELING
A.    WACANA PERKEMBANGAN KONSELING DI INDONESIA
Di Indonesia sebenarnya praktek Bimbingan dan Konseling sudah sejak lama dilaksanakan. Dengan diproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945, dibentuklah kementerian pada waktu itu yang salah satu kegiatannya dilakukan di Kantor Penempatan Tenaga Kerja yang maksudnya untuk menempatkan orang-orang agar dapat bekerja sesuai dengan kemampuannya dan ini menyerupai boro yang didirikan oleh Frank Parsons di Boston. Sekarang ini kantor Penempatan Tenaga Kerja ini tumbuh menjadi Departemen Tenaga Kerja.
Bimbingan dan Konseling mulai diperbincangkan sejak tahun 1962. Hal ini ditandai dengan berdirinya SMA Gaya Baru. Sejak tahun 1962 Bimbingan dan Konseling membantu penjurusan di SMA tetapi tidak di kelas I, melainkan di kelas II. Selanjutnya dalam SMA Gaya Baru itu ditegaskan bahwa :
1. Di kelas I itu para pelajar diberi kesempatan untuk lebih mengenal bakat dan minatnya dengan jalan menjelajahi segala jenis mata pelajaran di sekolah dengan bantuan pembimbing, para guru dan orang tuanya.
2. Di kelas II para siswa disalurkan ke kelompok khusus; budaya, pasti, pengetahuan alam.
3. Untuk menunjuk hal-hal tersebut di atas pengisian kartu pribadi siswa harus dilakukan dengan seteliti-telitinya. Sejak saat itu guru-guru ditatar menjadi pembimbing yang baik.
Sampai begitu jauh usaha ini belum memuaskan ditandai oleh kenyataan bahwa dalam pendidikan di sekolah Bimbingan dan Konseling belum diselenggarakan bagaimana seharusnya. Dengan diperkenalkan gagasan Sekolah Pembangunan pada tahun 1970, peranan Bimbingan dan Konseling kembali mendapat perhatian, karena Sekolah Pembangunan itu membutuhkan kegiatan penjurusan yang lebih teliti. Gagasan Sekolah Pembangunan ini selanjutnya dituangkan dalam program sekolah menengah persiapan, untuk itu pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah disusunlah program Bimbingan dan Konseling SMPP. Oleh karena itu dalam usaha mewujudkan Sekolah Pembangunan tersebut dilaksanakan proyek pembaharuan yang pelaksanaannya dirintis dengan Eksperimentasi Pembaharuan Pendidikan dengan nama Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP).
            Disamping pelaksanaan Bimbingan dan Konseling pada SMPP dan PPSP, sekolah-sekolah lainpun berusaha melaksanakan Bimbingan dan Konseling sekalipun harus menghadapi hambatan-hambatan antara lain :
1. Pengetahuan dan ketrampilan para pelaksana Bimbingan dan Konseling masih kurang memadai.
2. Para guru dan kepala sekolah menganggap dengan sikap kurang positif   terhadap program Bimbingan dan Konseling.
3. Pengenalan kebutuhan dan latar belakang siswa yang tidak lengkap menyebabkan konselor tak dapat menemukan masalah yang dihadapi siswa.
4. Fasilitas dan biaya yang kurang memadai.
Secara resmi pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah baru mulai dilaksanakan sejak berlakunya kurikulum 1975/1976. Dalam buku III-C (Pedoman Bimbingan dan Konseling) yang merupakan komponen kurikulum 1975/1976 itu, Bimbingan dan Konseling di sekolah dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan yang diprogramkan. Meliputi :
1.      Tahap persiapan
2.      Program Pengumpulan Data tentang Siswa
3.      Pemberian Informasi dan Orientasi
4.      Penempatan dan Penyaluran
5.      Bantuan Konseling
6.      Bantuan dalam Kesulitan Belajar
7.      Pertemuan Staf
8.      Latihan/ Penataran Petugas
9.      Hubungan dengan Masyarakat
10.    Penilaian dan Tindak Lanjut
            Kurikulum inti 1984, tidak memuat perubahan yang berarti tentang pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, kecuali hanya memperluas materi mata kuliah.
Kurikulum 1994, mengalami perubahan besar. Yaitu Bimbingan dan Konseling dibedakan atas 4 bidang, yaitu bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, bidang bimbingan belajar, dan bidang bimbingan karir. Masing-masing bidang bimbingan itu terdiri atas 7 layanan bimbingan, yaitu layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan/penyaluran, layanan pembelajaran, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, dan layanan konseling kelompok.[1]
B.     FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN KONSELING
a. Faktor Individual
Orientasi cultural (keterikatan budaya) merupakan factor individual yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari :
1) Faktor Fisik
Kepekaan panca indera pasien yang diberi konseling akan sangat mempengaruhi kemampuan dalam menangkap informasi yang disampaikan konselor.
2) Sudut Pandang
Nilai-nilai yang diyakini oleh pasien sebagai hasil olah pikirannya terhadap budaya dan pendidikan akan mempengaruhi pemahamannya tentang materi yang dikonselingkan.
3) Kondisi Sosial
Status sosial dan keadaan disekitar pasien akan memberikan pengaruh dalam memahami materi.
4) Bahasa
Kesamaan bahasa yang digunakan dalam proses konseling juga akan mempengaruhi pemahaman pasien.
b. Faktor-faktor yang berkaitan dengan interaksi
Tujuan dan harapan terhadap komunikasi, sikap terhadap interaksi, pembawaan diri seseorang terhadap orang lain (seperti kehangatan, perhatian, dukungan) serta sejarah hubungan antara konselor dan asien akan mempengaruhi kesuksesan proses konseling.
c. Faktor Situasional
Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, situasi percakapan kesehatan antara bidan dan klien akan berbeda dengan situasi percakapan antara polisi dengan pelanggar lalu lintas.
d. Kompetensi dalam melakukan percakapan
Agar efektif, suatu interaksi harus menunjukkan perilaku kompeten dari kedua pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi adalah :
1) Kegagalan menyampaikan informasi penting.
2) Perpindahan topik bicara yang tidak lancar.
3) Salah pengertian.[2]
C.    KONSELING DAN ILMU ILMU LAIN
HUBUNGAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN ILMU – ILMU LAINNYA 1. ILMU FILSAFAT Filsafat merupakan ilmuyang memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis. Filsafat dalam bimbingan dan konseling bertujuan untuk usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut : * Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya. * Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya. * Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan. * Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan. * Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam. * Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri. * Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri. * Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu. * Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu. 2. ILMU PSIKOLOGI Psikologis merupakan ilmu yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian. 3. ILMU SOSIAL-BUDAYA ILMU sosial-budaya merupakan ilmu yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, (Moh. Surya. 2006) mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik. 4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya. Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan dan konseling. Menurut Gausel (Prayitno, 2003) bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling pendidikan. (Moh. Surya. 2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya). [3]
D.    KONSELING DI BERBAGAI INSTITUSI DAN SASARANNYA
1.      Kaitan Konseling Dengan Layanan Bimbingan di Sekolah
Dalam jalur pendidikan formal yang biasa disebut dengan sekolah terdapat berbagai layanan yang berfungsi untuk menunjang kualitas pendidikan para peserta didik serta memberi kemudahan bagi mereka untuk mengikuti proses pendidikan di sekolah. Layanan program bimbingan dan konseling yang paling utama adalah layanan konseling, namun ada juga beberapa layanan yang tidak kalah pentingnya yaitu, layanan orientasi, layanan informasi, layanan bimbingan penempatan dan penyaluran serta masih banyak lagi layanan lainnya.
2.      Kaitan Konseling Dengan Layanan Bimbingan Belajar
            Seperti yang kita ketahui konselor tidak hanya diperlukan pada jalur pendidikan formal saja, tapi juga sangat diperlukan dalam jalur pendidikan non formal. Jalur pendidikan non formal yang kita maksud saat ini adalah lembaga bimbingan belajar. Peran layanan konseling dalam lembaga pendidikan non formal ini tidak begitu berbeda dengan layanan konseling di sekolah. Dengan adanya sebuah layanan konseling di lembaga bimbel tentunya peserta didik pun menjadi lebih percaya pada kualitas lembaga bimbingan belajar. kita dapat mengambil kesimpulan bahwa layanan konseling tidak hanya berkaitan dengan pendidikan formal saja namun pendidikan non formal juga, seperti contoh pada lembaga bimbel.  
3.      Kaitan Konseling Dengan Psikoterapi
            Para ahli mempunyai beberapa pendapat tentang konseling dengan psikoterapi adalah sama, yaitu sama-sama membantu orang lain. Hanya saja konseling lebih banyak digunakan di kalangan pendidikan , sedangkan psikoterapi digunakan oleh pekerja sosial, psikolog, dan psikiater. Meskipun demikian, ada juga yang menganggap konseling dengan psikoterapi adalah berbeda. Berbagai perbedaan tersebut bersifat permukaan atau hal-hal teknik (superficial), dari pada hal-hal yang  mendasar atau penting (substansial).
4.      Kaitan Konseling Dengan Layanan Pengobatan Alternatif (Dalam Agama Islam)
            Dalam layanan ini biasanya kyai memberikan layanan yang bernuansa psikologis, tetapi bukan berbasis psikologi, yakni berbasis akhlak dan tasauf. Sebagaimana diketahui dalam sejarah keilmuan Islam tidak muncul ilmu semacam psikologi yang berbicara tentang tingkah laku. Jiwa dalam sejarah keilmua Islam dibahas dalam ilmu akhlak dan ilmu tasauf. Apa yang dilakukan oleh para kyai barangkali memang tidak “ilmiah”, tetapi tak terbantah justru banyak yang bernilai tepat guna, karena memang tidak dipungkiri bahwa kita juga membutuhkan layanan yang bernuansa religi. Yang membedakan antara konseling yang dilakukan konselor dan kyai hanyalah jika pada layanan yang diberikan oleh konselor berdimensi horizontal, sedangkan layanan yang diberikan kyai berdimensi vertikal dan horizontal.[4]

PENUTUP
Kesimpulan
Layanan konseling memiliki kaitan dengan berbagai layanan yang lain, diantaranya berkaitan dengan layanan mengajar, layanan psikoterapi, layanan konseling religi, layanan ekstrakurikuler, dan organisasi.
            Kaitan layanan konseling dan layanan menagajar memiliki fungsi untuk membantu mencapai tujuan pendidikan itu sendiri melalui kerjasama antara konselor dengan guru mata pelajran. Konseling dalam psikoterapi sebagai jembatan untuk memulai proses psikoterapi, yaitu untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien agar terapis bisa memberikan terapi yang sesuai dengan kebutuhan klien. Dalam organisasi konseling diperlukan untuk memfasilitasi perubahan organisasional. Konseling dalam layanan religi bertujuan untuk membentuk manusia yang berintegrasi pada nilai-nilai keagamaan. Dan, dalam ekstrakurikuler konseling berfungsi untuk memberikan pengenalan dasar mengenai ekstrakurikuler yang sesuai dengan klien (peserta didik












DAFTAR PUSTAKA
Laksmiwati, Hermien, dkk. 2002. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Surabaya : Unesa University Press
Gerlald Corey. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Terj. E. Koswara), Bandung : Refika Moh. Surya. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB – IKIP Bandung Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya. Prayitno. 2003. Wawasan dan Landasan BK (Buku II). Depdiknas : Jakarta



[1] Laksmiwati, Hermien, dkk. 2002. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Surabaya : Unesa University Press

[3] Gerlald Corey. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Terj. E. Koswara), Bandung : Refika Moh. Surya. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB – IKIP Bandung Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya. Prayitno. 2003. Wawasan dan Landasan BK (Buku II). Depdiknas : Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar